Detail Cantuman Kembali
Istirja' dan Penguatan Mental dalam Perspektif Al-Qur'an (Studi atas Kitab Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh an Rasyud Rida)
Musibah bisa diartikan dengan ujian, teguran hingga azab untuk mengingatkan manusia agar lebih dekat dengan Allah, tetapi manusia seringkali lalai akan teguran itu sehingga ia jauh kepada sang pencipta. Ketika mendapatkan musibah seseorang akan secara langsung mengucapkan kalimat istirjā’ tetapi ia tidak menetahui makna yang sebenarnya, jika ia menegtahui makna dari kalimat istirja ini maka senantiasa ia akan merasa tenang dan sabar atas takdir yang Allah berikan kepadanya. Tetapi sebagian orang tidak mengetahui maknanya sehingga walaupun mengucapkan kalimat istija’ ia tetap aja masih mengeluh dan putus asa atas kehendak Allah SWT. Didalam skripsi ini penulis mencantumkan kitab yang akan diangkat dalam latar belakang masalah diatas yaitu kitab tafsīr al-manār karya Muhammad Abduh dan Rasyīd Riḍā, maka rumusan masalah yangakan dibahas dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pandangan tafsir Al-Manar padakalimat Istirja? Yang kedua, seperti apakah konsep penguatan mental dengan memahami kalimat istirja dalam Tafsīr Al-Manār Metode yang digunakan adalah kualitatif (library research) dengan studi tematik yakni penulis berusaha mengkaji dan menganalisis lebih dalam pada tema yang diangkat, dengan didukung oleh kitab-kitab, buku-buku serta jurnal-jurnal yang terkait dengn makna Istirjā’ dan penguatan mental. Pada tafsīr Al-Manār istirjā’ adalah kalimat َ ن ْ و ُ ِجع ٰ ِه ر ْ ي َ آِال َّ ِان َ ِ و ه اِّلِل َّ انِyang memiliki arti yaitu harus memiliki kepercayaan (keimanan) dengan hati, dan didalam kalimat istirjā’ mengandung kata musibah. Yang dijelaskan dalam tafsir al- manar musibah bisa diartikan dengan sabar. Sebab sabar disini adalah sabar menerima ketetapan Allah SWT. Jika seseorang sabar maka akan timbul rasa raḥmah (kasih sayang ) atau akan lembut hatinya karena menerima dan mempercayai dengan keimanan bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Allah, karena Allah-lah satu-satunya tempat kembali manusia. Menurut Muhamad Abduh cara menguatkan mental dalam memahami kalimat istirjā’ ini adalah dengan cara sabar dan benar-benar merasakan maknanya dan sesuai dengan kepercayaan iman dihati tidak hanya terucap dilisan saja harus di iringi dengan keimanan dan diresapi maknanya, bagaimana cara kita meresapi maknanya yaitu dengan cara meyakini siapapun orangnya bahkan siapapun yang ada didunia ini adalah dari ciptaan Allah SWT.
Uum Umdah - Personal Name
SKRIPSI IAT 615
2x1.4
Text
Indonesia
2023
serang
xxiii + 79 hlm.; 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...