Detail Cantuman Kembali
Implikasi Perbedaan Qirā’at dalam Penafsiran Surah At-Takwīr (Studi Analisis Kitab Ḥirz al-Amānī karya Imām Asy-Syāṭibī)
Umat Islam tidak akan terlepas dari Al-Qur‟an dan dianjurkan untuk membaca dan memahami isi kandungannya. Perbedaan di kalangan masyarakat sering memicu keributan dikarenakan satu pihak merasa benar dan pihak lain disalahkan. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman akan Ilmu qirā’at karena memang ilmu ini sangat sulit untuk dipelajari dan sudah jarang yang mendalaminya. Perbedaan qirā’at dalam bacaan Al-Qur‟an dapat berimplikasi pada penafsiran. Surah At-Takwīr dikenal dengan surah yang sulit pengucapan lafalnya karena ayat pertama hingga 14 memiliki karakteristik makhārij al-hurūf yang berat dan sulit untuk diucapkan, dan temponya terhitung cepat dan memiliki 19 ayat yang ikhtilaf dalam qirā’at. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: Bagaimana konteks Asy-Syāṭibī dalam perbedaan qirā’at surah At-Takwīr? Bagaimana implikasi dari perbedaan qirā’at terhadap penafsiran surah At-Takwīr?. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui konteks Asy-Syāṭibī dalam perbedaan qirā’at surah At-Takwīr. 2) Untuk mengetahui implikasi dari perbedaan qirā’at terhadap penafsiran surah At-Takwīr. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat content analysis (analisis isi). Analisis ini adalah teknik untuk mengumpulkan dan menganalisis dari teks baik dari sumber primer maupun sekunder.Hasil dari skripsi ini, sebagai berikut: dari hasil penelitian melalui Library Research bahwa surah At-Takwīr dijelaskan dalam kitab Ḥirz al-Amānī terdapat empat ayat yang terdapat Farsy al-ḥurūf. Pertama pada ayat ke-6 Ibnu Kaṡīr dan Abu ʻAmrin membaca huruf jim‟ pada lafadz سُجِّزَدۡ dengan tidak bertasydid ( takhfif ). Kedua pada ayat ke-10 Ibnu Kaṡīr, Abu ʻAmr, Ḥamzah dan Al-Kisā‟ī membaca huruf syin‟ pada lafadz وُشِزَدۡ dengan bertasydid (syiddah). Ketiga pada ayat ke-12 lafadz سُعِّزَدۡ Nāfi՚, Ibnu Żakwān dan Ḥafṣ membaca huruf „ain‟ dengan bertasydid. Keempat pada ayat ke-24 Ibnu Kaṡīr , Abu ʻAmr dan Al-Kisā‟ī membaca dengan mengganti huruf dad‟ pada lafadz ثِضَىِيهٖ dengan za‟. Perbedaan Tasydid pada ayat diatas berimplikasi terhadap banyak atau berapa kali pengulangan kejadian tersebut. Dan adapun mengganti huruf dad‟ dengan za‟ berimplikasi terhadap makna bakhil atau tertuduh . Qirā’at bersifat ikhtiyārī jadi dibebaskan untuk menggunakan riwayat manapun karena selagi yang meriwayatkan qirā’at mutawatirah maka bacaan mereka telah dianggap benar.
SITI AMINAH - Personal Name
SKRIPSI IAT 556
2x1.12
Text
Indonesia
2023
serang
xxi + 96 hlm.: 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...