Detail Cantuman Kembali
Akhlak terhadap Al-Qur'an (Studi Komparatif Penafsiran Ibnu Jarīr At-Ṭabarī dan Ibnu Katṡīr Terhadap Surah Al-A’raf ayat 204 dan Surah Al-Qiyamah ayat 16-19)
Disamping keutamaan al-Qur‟an tersebut Al-Qur‟an juga merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. aspek kemukjizatan al-Qur‟an yaitu bahasanya yang sangat indah, ajaran yang sangat manusiawi, pemberitaan ghoibnya yang bukan ramalan tetapi sangat meyakinkan dan isyarat ilmu pengetahuan yang terdapat didalamnya yang sudah terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, al-Qur‟an merupakan firman allah swt sebagai petunjuk bagi umat manusia khususnya umat islam, ketika dibaca oleh seorang muslim maka hendaknya yang membaca itu memiliki akhlak terhadap apa yang dibacanya. Akhlak seorang muslim ketika akan membaca dan ketika sedang membaca al-Qur‟an haruslah berbeda ketika akan membaca dan ketika sedang membaca kitab-kitab atau tulisan-tulisan selain al-Qur‟an. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam Skripsi ini adalah : 1) Bagaimana makna ahlak dalam Al-Qur‟an?, 2) Bagaimana penafsiran surat Al-Araf ayat 204 dan Surah Al-Qiyamah 16-19 Menurut Jarir At-Ṭabarī dan Ibnu Katṡīr?, 3) Bagaimana perbandingan Ahlak Dalam Al-Qur‟an?. Adapun tujuan dalam Skripsi ini adalah : 1) Untuk Mengetahui makna ahlak dalam Al-Qur‟an, 2) Untuk Mengetahui penafsiran surat Al-Araf ayat 204 dan Surah Al-Qiyamah 16-19 Menurut Jarir At-Ṭabarī dan Ibnu Katṡīr, 3) Untuk Mengetahui perbandingan Ahlak Dalam Al-Qur‟an. Adapun pendekatan yang digunakan penulis ialah pendekatan kajian teoritis mengandalkan pustaka sebagai bahan penelitian Kesimpulan dalam skripsi ini adalah : Ibnu Jarīr at-Ṭabarī dalam kitabnya, dijelaskan bahwa Allah berfirman kepada orang-orang yang beriman dan mempercayai kitab Allah (al-Qur‟an) yang menjadi hidayah serta rahmat bagi ِؽ َا ,mereka َغا قُ ِ إَٗ” dan apabila dibacakan” al-Qur‟an kepada kamu wahai orang-orang beriman. Ibnu Katṡīr dalam kitabnya berkata “ini merupakan pendapat sekelompok Ulama, bahwa dalam shalat yang di Jahr-kan bacaannya, seorang makmum itu tidak wajib membaca bacaan yang di Jahr-kan oleh Imam, baik Al-Fatihah maupun bacaan Al-Qur‟an lainnya. Dan hal itu juga merupakan salah satu dari dua pendapat Imam Syafi`i, yaitu pendapat lama, juga pendapat Imam Malik dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal, berdasarkan dalil-dalil yang telah kami sebutkan sebelumnnya. Dan dalam pendapat Imam Syafi`i yang baru, dalam shalat yang tidak di jahr-kan bacaannya, seorang makmum hanya diwajibkan membaca surat Al-Fatihah saja, pada saat-saat berhentinya Imam. Dan ini adalah pendapat sekelompok sahabat dan Tabi`in, dan Tabi`ut.
Fahmi - Personal Name
SKRIPSI IAT 538
2x1.3
Text
Indonesia
2023
serang
xxi + 68 hlm.; 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...