Detail Cantuman Kembali
METODE PENAFSIRAN MUHAMMAD ABDUH TERHADAP AYAT-AYAT SIHIR DALAM TAFSI>R JUZ AMMA
Sihir adalah sesuatu perbuatan syirik yang keberadaannya sejak zaman dahulu kala telah ada. bahkan eksistensinya masih ada sampai saat ini. Di Indonesia misalnya sihir sendiri, lebih dikenal dengan istilah-istilah santet, pelet, dan guna-guna yang kesemuanya merupakan tindakan-tindakan syirik menurut ajaran Islam dengan jalan meminta bantuan kepada selain Allah dan bertujuan mencelakakan orang lain. Al-Quran pun banyak menyebutkan kisah-kisah yang berkaitan dengan sihir, seperti kisah Nabi Musa as, juga Nabi Muhammad yang dituduh sebagai tukang sihir karena mukjizat-mukjizatnya. kata sihir sendiri dengan berbagai bentuknya dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali dengan makna yang berbeda sesuai dengan konteks ayat. Dalam kitab-kitab tafsir pun banyak diuraikan tentang hakikat sihir diantaranya disebutkan dalam kitab Juz Amma.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah : 1.Bagaimana pandangan Mufasir aliran Ahlus Sunnah dan Mu‟tazilah mengenai Sihir ?2.Bagaimana Muhammad Abduh Menafsirkan Ayat-Ayat Sihir ? Adapun tujuan dari skripsi ini adalah 1.Untuk mengetahui pandangan Sihir dari sudut pandang Aliran Ahlus Sunnah dan Mu„tazilah. 2.Untuk mengetahui Metode Penafsiran Muhammad Abduh terhadap Ayat-Ayat Sihir .
Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi, selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan metode tematik, yaitu metode pengumpulan ayat-ayat dengan satu tema yang kemudian ditafsirkan menurut pandangan Muhammad Abduh.
Hasil dari skripsi ini sebagai berikut : Menurut golongan Ahlus Sunnah mereka berpendapat bahwa sihir itu telah pasti ada dan memiliki hakikit namun berbeda, dengan penganut Mu‟tazilah secara umum seperti Abu Ishaq al-Istirabadi, salah seorang penganut mazhab Syafi‟i berpendapat, bahwa sihir itu tidak memiliki hakikat, tetapi sihir itu hanya tindakan pengelabuan, pemunculan bayangan dan penipu terhadap sesuatu,seperti tidak tampak sebenarnya. tindakan menafikan adanya sihir dari penganut mu„tazilah.
bahwa penafsiran yang dilakukan oleh Muhammad Abduh memiliki relevansi dengan keadaan masyarakat saat ini. sihir bukan hanya dengan jampi-jampi, jimat dan sebagainya. Namun sihir yang dimaknai Muhammad Abduh yaitu segala bentuk yang dapat memutuskan segala keharmonisan,kebahagiaan, menjauhkan dari segala kebenaran dan lain sebagainya, jadi pemaknaan sihir mulai terjadi pergeseran kemudian dari sisi teori koherensi,bahwa penafsiran muhammad abduh cukup konsisten perhatikan penafsiran dua ayat dalam QS Al-Falaq [113] : 3-4 dalam menafsirkan dua ayat tersebut Muhammad Abduh berusaha melakukan analisis leksikal-linguistik dan juga mengungkapkan sama-sama Munasabah ayat.
Pahmi Zakiyudin - Personal Name
SKRIPSI IAT 400
2x1.3
Text
Indonesia
2020
Serang Banten
xix + 71 hlm.; 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...