Detail Cantuman Kembali

XML

PENGARUH BUDAYA LOKAL PADA TRADISI KAWIN GANTUNG DI KAMPUNG SERDANG


Masyarakat Kampung Serdang mengenal 2 jenis perkawinan. Pertama, perkawinan dewasa yang dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA). Kedua, perkawinan anak-anak atau yang dikenal dengan kawin gantung. Kawin gantung merupakan perkawinan yang sudah sah, tetapi suami dan istri tinggal di rumah masing-masing. Kawin gantung di Serdang sudah turun temurun dilakukan, karena tradisi tersebut penyebarannya dari perkataan orang-orang tua, dan tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini muncul. Terdapat seorang tokoh yang dihormati seperti buyut Sarman, yang berpesan untuk tetap melaksanakan kawin gantung. Tradisi ini masih tetap dilakukan ketika buyut Sarman masih hidup dan sampai saat ini. Menurut Ibu Marsonah salah satu warga Kampung Serdang, kawin gantung masih dilaksanakan ketika buyut Sarman hidup kira-kira tahun 1970 sampai saat ini. Jadi sekitar tahun 1970-2021 tradisi kawin gantung masih dilaksanakan di Kampung Serdang sebagai sebuah perkawinan adat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana Sejarah Tradisi Kawin Gantung? (2) Bagaimana Proses Tradisi Kawin Gantung ? (3) Bagaimana Perubahan dan Kemunduran Tradisi Kawin Gantung di Kampung Serdang? Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Mengetahui Proses Tradisi Kawin Gantung (2). Mengetahui Sejarah Kawin Gantung di Kampung Serdang (3). Mengetahui Perubahan dan Kemunduran Tradisi Kawin Gantung di Kampung Serdang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, yang meliputi tahapan: Heuristik (Pengumpulan Sumber), Verifikasi (Kritik), Interpretasi (Penafsiran), dan Historiografi (Penulisan). Berdasarkan hasil pembahasan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa : Masih berlakunya kawin gantung di Kampung Serdang yakni karena faktor adat istiadat dan faktor hukum agama yang diyakini masyarakat. Kawin gantung di Kampung Serdang memiliki rangkaian acara yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam melaksanakan kawin gantung dibagi ke dalam dua tahap; pra-akad dan pasca-akad. Runtutan dalam acara kawin gantung adalah : lelawan (melamar calon pengantin perempuan), bendrong (memainkan lesung), akad, ngiring jaran (mengiring pengantin menggunakan kuda keliling kampung dan ziarah ke makam leluhur), beborehi (mendandani), dudus (memandikan kedua pengantin kawin gantung). Dalam praktik kawin gantung terdapat akulturasi antara budaya lokal dan Islam, sehingga keduanya menyatu dan berbaur.
ABSTRAK
Jaozah - Personal Name
SKRIPSI SPI 451
305
Text
Indonesia
2022
Serang Banten
xii + 75 hlm.; 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...