Detail Cantuman Kembali
Penafsiran Qana’ah dalam Tafsir Al-Maraghi
Banyak permasalahan yang dikaji mencakup seluruh tatanan hidup manusia, termasuk di antaranya adalah mengenai qana‟ah. Latar belakang dalam skripsi ini adalah: Kekayaan tidak harus diukir dari banyaknya harta yang dimiliki. Berapa banyak orang kaya yang mampu memanfaatkan hartanya, seakan-akan dia adalah orang miskin karena karakusannya. Qana>’ah menyuruh percaya akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita, menyuruh sabar jika sang Ilahi belum berkehendak, dan bersyukur jika diberi kenikmatan, sebab kita tidak mengetahui akan kembali kepada-Nya. Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana pengertian tentang Qana>’ah dalam perspektif Islam. 2) Bagaimana pandangan Para Ulama terhadap Qana>’ah. 3) Bagaimana penafsiran al-Mara>ghi> terhadap ayat-ayat Qana>’ah. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1) Untuk mengetahui Qana>’ah dalam perspektif Islam. 2) Untuk mengetahui penafsiran al-Maraghi terhadap ayat-ayat Qana>’ah. 3) Untuk mengetahui analisis Qana>’ah dalam tafsi>r al-Mara>ghi>. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari buku dan melalui kajian kepustakaan (library research) dengan objek utamanya yaitu kitab Tafsi>r Al-Mara>ghi> Karya Must}afa Al-Mara>ghi, dan tafsir lainnya. Kesimpulan dari skripsi ini adalah: Qana>’ah adalah merasa puas dengan apa yang diperoleh, setiap kemampuan, setiap kepuasan tersebut harus dilalui oleh tiga hal diantaranya ialah usaha maksimal yang halal, keberhasilan memiliki hasil usaha maksimal, dan dengan suka cita menyerahkan apa yang telah dihasilkan karena puas dengan apa yang telah diperoleh sebelumnya. Muhamamd al-Bahi, menjelaskan bahwa qana‟ah positif pada hakikatnya baru terpenuhi apabila seseorang telah berusaha semaksimal mungkin, kemudian memperoleh hasil usaha tersebut. Lalu menyerahkannya ke pihak lain karena telah merasa puas dengan apa yang dimiliki sebelumnya. Ibnu „At{a’illah mengungkapkan bahwa manusia yang meraih kebahagiaan hidup tidak ada pilihan lain kecuali harus menerima dengan rela dan puas apa yang ditaqdirkan Allah Swt. Dalam QS. Ibrahim: 43 dan al-Hajj: 36 menyimpulkan bahwa qana>’ah dalam tafsir al-Mara>ghi> ialah menerima atas pemberian-Nya dengan rasa tunduk dan syukur, jangan meminta lebih apa yang Allah berikan pada kita. Dan berusaha semaksimal mungkin apa yang kita ikhtiarkan, lalu menyerahkan keikhtiaran kepada Allah, dengan mengharapkan pahala dan ridho-Nya.
Putri Andriyana - Personal Name
SKRIPSI IAT 377
2x1.3
Text
Indonesia
2020
serang
xii + 80 hlm.; 18 x 25 cm
LOADING LIST...
LOADING LIST...